Penanganan Pasien Sakit
Jiwa
Di Puskesmas Karang Sambung
Oleh: Heni mulyani Am.Kep
LATAR
BELAKANG
Kesehatan
jiwa merupakan unsur yang sangat penting. Kesehatan jiwa adalah bagian
utama kesejahteraan manusia. Tanpa kesehatan jiwa kesejahteraan manusia tidaklah
lengkap. Menurut prevalensi, di Indonesia masalah kesehatan jiwa masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Hasil Riskesdas tahun 2007 ditemukan angka
masalah gangguan mental emosional sebesar 0,46% sementara angka gangguan
jiwa berat sebesar 11,6%.
Tingginya angka prevalensi gangguan jiwa yang tidak diimbangi
dengan tersedianya fasilitas pelayanan mencerminkan masalah kesehatan mental di
Indonesia cukup memprihatinkan. Lebih memprihatinkan lagi bila melihat masih
terbatasnya jumlah profesi yang menangani, yakni psikiater, perawat kesehatan
jiwa dan psikolog. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2011 sekitar 241 juta jiwa, jumlah
psikiater yang ada hanya sekitar 600 orang dan jumlah psikolog klinis masih
sekitar 365 orang.
Permasalahan kesehatan jiwa
ini menyebabkan Penderitaan yang berkepanjangan bagi individu, keluarga,
masyarakat, dan negara karena berkaitan dengan kemandirian dan Produktivitas
penderita.
Masih banyaknya pasien
gangguan jiwa yang harus dipasung ataupun diisolasi karena tidak adanya
fasilitas kesehatan jiwa. Sebaiknya Puskesmas diseluruh Indonesia disiapkan
untuk dapat menangani pasien gangguan jiwa. Selain itu, kurangnya informasi
membuat masyarakat masih memiliki stigma yang buruk terhadap pasien gangguan jiwa
sehingga harus memasungnya.
Karena banyaknya pasien
gangguan jiwa, maka perlu dilakukan pelatihan untuk dokter dan perawat di
Puskesmas tentang cara-cara penanganan terhadap pasien gangguan jiwa, serta
menyediakan obat-obatan yang diperlukan.
PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI
PUSKESMAS DAN RSU
1. PRINSIP DASAR
a. Tujuan Umum :
i. Puskesmas dan RSU Kelas
C/D pada dasarnya mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan umum /
kesehatan dasar kepada masyarakat
ii. Untuk dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan dengan baik disarankan menerapkan pendekatan
Elektik - Holistik, sehingga menempatkan pasien pada kedudukan yang lebih manusiawi, tidak sebagai objek saja, tetapi
sebagai subjek yang ikut dalam proses pengobatan.
b. Tujuan Khusus
(Specific Behavioural Objectives) :
i. Memahami beberapa konsep
dasar kesehatan jiwa, seperti : definisi kesehatan / kesehatan
jiwa, pendekatan elektik - holistik, lingkup masalah kesehatan jiwa, dan
upaya kes. jiwa.
ii. Memahami sistem pelayanan
kesehatan jiwa di Indonesia, baik dalam perkembangannya, maupun
hubungannya dengan sistem pelayanan kesehatan umum (Sistem Kesehatan
Nasional), sehingga dalam bekerja mengetahui kedudukannya dan dapat
membina hubungan kerjasama dan rujukan
lintas program / sektor dengan sektor / instalasi lain yang terkait.
iii. Memahami berbagai gangguan jiwa
dan masalah kesehatan jiwa yang ada dalam masyarakat, dan mampu
memberikan pelayanan kesehatan jiwa secara integratif
iv. Memahami peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan / kes. jiwa sehingga dalam
melaksanakan tugasnya baik teknis maupun administratif sesuai dengan program
dan kebijaksanaan pemerintah, serta semua labgkah-langkahnya sesuai
dengan norma administratif legal yang
berlaku.
2. MATERI
Materi pelatihan harus dirinci sesuai dengan tujuan
khusus.
3. METODE
Melalui pelatihan dengan jam kerja yang cukup untuk
menampung materi yang diberikan.
- Dengan belajar sendiri melalui buku-buku yang
diberikan atau dianjurkan untuk dibaca.
- Melalui demonstrasi kasus, "bed - side
teaching" di RSJ untuk beberapa waktu.
- Melalui pembinaan hubungan konsultatif dengan
psikiater pembinanya.
Pelayanan
Kesehatan Jiwa Di Puskesmas Karang Sambung
Program kesehatan
jiwa dipuskesmas karang sambung sampai saat ini masih belum berjalan, Ketidak
siapan tenaga dan tidak tersedianya obat – obatan yang diperlukan menjadi
alasan kenapa program kesehatan jiwa tidak berjalan dengan semestinya.
Angka kesakitan
kesehatan jiwa yang ditemukan di Puskesmas karang Sambung (baik dilapangan
maupun dari kunjungan puskesmas), sekitar kurang lebih 20 orang.baru konseling
dan pemberian Diazepam saja yang bisa diberikan terhadap pasien – pasien
tersebut.
Kesimpulan
Kesehatan jiwa
merupakan unsur yang sangat penting. Kesehatan jiwa adalah bagian utama
kesejahteraan manusia. Tanpa kesehatan jiwa ksejahteraan manusia tidaklah
lengkap.
Masalah Kesehatan
jiwa memang tidak secara langsung menyebabkan kematian, tetapi sangat berpengaruh
terhadap kemampuan seseorang. Masalah
Kesehatan Jiwa dapat menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan bagi individu,
keluarga, masyarakat, dan negara karena berkaitan dengan kemandirian dan
produktivitas penderita.
Karena tingginya angka kesakitan
jiwa, maka perlu diadakan pelatihan buat dokter dan perawat, disediakannya
obat-obatan yang dibutuhkan, bila perlu ditempatkan psikiater di puskesmas.
Ada beberapa tindakan keperawatan
yang bisa dilakukan terhadap pasien gangguan jiwa yang ada di Puskesmas.
·
Penatalaksanaan pada
pasien halusinasi dengan cara :
- Menciptakan lingkungan yang terapeutikUntuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
- Melaksanakan program terapi dokterSering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
- Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang adaSetelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
- Memberi aktivitas pada pasienPasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
- Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatanKeluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
·
Tindakan Keperawatan
pasien dengan Menarik Diri
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Memberikan perhatian dan
penghargaan
3. Menanyakan penyebab klien
menarik diri
4. Mengidentifikasi kerugian
menarik diri
5. Mendiskusikan keuntungan
bergaul dengan orang lain
6. Mendiskusikan kemampuan
klien untuk bergaul dengan orang lain
7. Melibatkan keluarga dalam
membantu klien melakukan aktivitas sehari-hari
8. Selalu menanyakan
perasaan klien setiap selesai melakukan aktivitas.
Referensi:
Davies,Teifion
(2009) ABC Kesehatan Mental, Jakarta: EGC
http://www.mentalwirarakema.com/page38.php
runtah.com/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-halusinasi/
17 Sep 2011
0 komentar